SELAMAT DATANG... SUGENG RAWUH...HALO INDONESIA!
Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya

Tuesday, January 5, 2010

Menapaki Tahun 2010 dengan Pasar Terbuka

Ketika menyiapkan tulisan ini, saya sudah berada di tahun 2010, tepatnya tanggal 5 Januari 2010. Sudah hari kedua saya berangkat bekerja. Kehidupan kembali berlangsung normal setelah menikmati liburan panjang di penghujung tahun 2009.

Ketika membaca sebuah artikel ekonomi, saya diingatkan pada suatu hal. Ternyata perdagangan bebas ASEAN-China sudah dimulai. Berarti, sejarah baru dalam dunia perdagangan internasional negeri ini akan dimulai. Apakah artinya ini bagi kita semua?

Bagi yang masih awam dengan istilah perdagangan bebas. Setahu saya, perdagangan bebas ditujukan untuk membuka hambatan-hambatan perdagangan internasional yang selama ini ada, misalnya bea masuk yang besar. Nah, dengan dimulainya perdagangan bebas ini, minimal harga barang atau jasa yang masuk (impor, red) tidak lagi dipengaruhi bea masuk. Istilah saya, jadi lebih murah.

Lalu, pengaruhnya apa buat kita dengan murahnya barang-barang impor tersebut?

Untuk konsumen, inilah saatnya kita dimanja, baik dari segi harga, variasi, maupun kualitas produk dan jasa. Konsumen bebas memilih mana yang terbaik menurut mereka, dan yang pasti, pilihan akan semakin banyak. Namun kondisi seperti ini tidak terjadi pada para produsen dalam negeri. Mereka malah merasa tidak nyaman dengan dimulainya pasar terbuka ini. Mereka khawatir, produknya tidak laku karena kehadiran produk-produk dari luar tersebut.

Nah, inilah saatnya kita menunjukkan kebesaran kita yang sesungguhnya. Ketika barang impor masuk ke negeri kita tanpa hambatan, berarti barang dan jasa kita pun bisa langsung masuk ke negeri mereka dengan cara yang sama. Maka, pertempuran pun dimulai..

Sejarah menceritakan, betapa gagah dan gigihnya para pendahulu kita dalam memperjuangkan berdirinya Negara ini. Lebih jauh ke belakang, negeri ini memiliki banyak kerajaan yang nama dan kebesarannya menggaung melintasi nusantara. Kini, kebesaran itu diuji pada keturunannya sekarang dengan hadirnya area perdagangan terbuka antarnegara.

Kita memiliki banyak hal, kalau tidak bisa dikatakan memiliki segalanya. Sumber daya melimpah, yang dengan penanganan tepat, akan menjadi produk andal dari negeri ini. Namun banyak yang masih harus dibenahi oleh kita semua, baik pemerintah, produsen, maupun konsumen di negeri ini. Kebijakan pemerintah tetap diperlukan agar tidak terjadi kehancuran massal pada produsen kita. Kebijakan di bidang perbankan misalnya, mungkin diperlukan agar para pengusaha tidak mengalami kesulitan memperoleh modal dalam menghadapi pesaing-pesaing bermodal besar dari luar negeri.

Lalu untuk produsen, juga jangan manja. Pernah ada cerita di salah satu kota di Pulau Jawa. Ketika ada satu perusahaan taksi dari luar kota memperoleh ijin operasi di kota tersebut, para supir taksi lain berdemonstrasi menuntut dibatalkannya ijin tersebut. Alasan utama adalah penghasilan mereka akan berkurang. Itu adalah contoh kemanjaan produsen di negeri ini. Satu-satunya solusi untuk menghadapi pesaing dari luar bukan dengan mengusir mereka, tetapi dengan meningkatkan kualitas produk atau layanan yang bisa kita berikan, sehingga lebih baik dari mereka. Konsumen yang kritis pasti akan memilih produk atau layanan yang berkualitas baik. Jangan menjadi produsen yang manja, tetapi manjakanlah konsumen, itulah solusinya.

Catatan penting justru untuk para konsumen negeri ini. Label “made in luar negeri” seakan menjadi hal yang wajib ada di setiap produk yang akan mereka beli. Masyarakat konsumen kita cenderung mencibir ketika ditawarkan produk dalam negeri, meskipun produk tersebut memiliki kualitas yang luar biasa. Pernah ada kawan yang pergi ke Singapura, membeli pakaian dengan label made in luar negeri, dengan harga yang lima kali lipat pakaian dari Bandung. Ironisnya, setelah diselidiki, ternyata pakaian itu memang buatan Bandung yang dikemas di Singapura. Bahkan ada yang lebih gila lagi. Seorang kawan membeli batik di Singapura. Kawan yang aneh….

Lalu, membeli ayam goreng dari gerai bernuansa Amerika, lebih bergengsi dibandingkan membeli ayam goreng Suharti atau mbok berek, apalagi pecel ayam di pinggir jalan. Padahal rasanya ya ayam juga. Menikmati durian dari Thailand, meski harganya selangit, lebih dipilih daripada durian Lampung yang rasanya juga enak, maknyuss..

Nah, PR kita dalam menghadapi pasar terbuka tahun 2010 cukup banyak. Tetapi kita harus yakin, bahwa dengan dengan semangat juang, peningkatan kualitas, dan kecintaan pada produk dalam negeri, akan membuat Indonesia menjadi pemenang dalam persaingan terbuka ini.

Hidup Indonesia.
Selamat Tahun Baru 2010.

Wass.