SELAMAT DATANG... SUGENG RAWUH...HALO INDONESIA!
Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya

Monday, December 14, 2009

Bahu Jalan Sayang, Bahu Jalan Malang

Suatu hari, seorang kawan mengatakan dalam sebuah obrolan, “Sekarang kok jalan tol Jagorawi sering macet kalau sore ya? Sampai pegal badan karena maccet…”
Pertanyaan itu langsung dijawab oleh seorang kawan yang lain dengan tegas dan meyakinkan, “Ya itulah, karena polisi-polisi bodoh itu memarkir mobilnya di sepanjang pinggir jalan…!” Pernyataan yang langsung membuat kepalaku menggeleng-geleng.

Dalam setiap perjalanan pulang dari kantor di sore hari, kami memang merasakan kemacetan yang lumayan melelahkan. Seringkali kami memantau arus lalu lintas melalui beberapa saluran radio di Jakarta. Ada banyak laporan dari para pendengar lainnya tentang kondisi lalu lintas tersebut. Seperti komentar kawan tadi, di radio pun sering terdengar keluhan tentang kemacetan yang terjadi, dan tak jarang ada yang mengatakan bahwa penyebab kemacetan itu adalah mobil yang berhenti di bahu jalan karena mengalami kerusakan atau mobil polisi yang memang sengaja diparkir untuk memantau keadaan lalu lintas dan keamanan.

Pertanyaan yang kemudian timbul, benarkah penyebabnya adalah mobil polisi di bahu jalan atau mobil mogok yang terpaksa diparkir di bahu jalan? Sebuah pertanyaan yang seharusnya merupakan sebuah retorika. Semua orang yang bisa menyetir mobil seharusnya tahu, bahwa bahu jalan adalah tempat untuk keadaan darurat atau untuk mobil patroli polisi yang memantau keamanan dan lalu lintas di lokasi tersebut, dan bukan untuk berkendara normal. Lalu kenapa sampai terjadi kemacetan? Yang membuat macet bukanlah polisi tersebut. Yang mengakibatkan kemacetan bukan kendaraan yang berhenti di bahu jalan karena kondisi darurat. Tetapi penyebab utama kemacetan adalah terjadinya penyempitan jalur, karena para pengendara mobil yang melalui bahu jalan memaksa untuk masuk ke jalur yang seharusnya digunakan, akibat adanya penggunaan bahu jalan oleh yang sebenarnya berhak tersebut. Karena ulah para pengguna bahu jalan liar tersebut, para pengguna jalan yang mematuhi aturan menjadi korban.

Seharusnya para pengguna bahu jalan itu sadar, bahwa tindakan mereka sangatlah merugikan pengguna jalan yang patuh pada aturan. Sudah berapa banyak korban yang jatuh akibat ulah keliaran mereka. Ironisnya, banyak korban tewas adalah mereka yang mobilnya mogok dan sedang berusaha membetulkan, yang kemudian ditabrak oleh pengguna bahu jalan.

Bahu jalan tol, tempat yang seharusnya merupakan daerah aman bagi pengendara yang mengalami keadaan darurat, kini berubah menjadi tempat yang mengerikan akibat kenakalan berbahaya yang dilakukan para pengguna bahu jalan liar tersebut.
Sayang sekali, Indonesiaku yang besar ini, masih saja terpaksa menangis, melihat anak bangsa yang masih jauh dari rasa disiplin dan keinginan menghargai antarsesama. Hal yang mungkin dianggap kecil oleh para pelanggar tersebut, sebenarnya berpengaruh cukup besar bagi mental kehidupan bermasyarakat kita. Salah satu akibat yang nyata saat ini adalah, tumbuhnya persepsi di masyarakat bahwa penyebab kemacetan bukanlah para pengguna bahu jalan liar, tetapi pengendara baik yang memang terpaksa harus menggunakan bahu jalan. Wah, kalau ini dibiarkan, akan semakin banyak terjadi, suatu pelanggaran dianggap sebagai hal yang wajar, sementara orang baiklah yang justru dituduh sebagai pelaku dosa. Oh, mengerikan….

Doaku, semoga mereka yang masih belum bisa menghargai hak orang lain tersebut bisa segera diberikan kecerahan hati sebelum jatuh korban berikutnya. Kuharap, Indonesiaku tidak perlu terlalu lama menangis, dan semoga Indonesiaku yang besar ini, akan semakin besar, karena terisi oleh anak-anak bangsa yang berjiwa besar, di semua sisi kehidupan. Amin…..

Friday, December 4, 2009

KRI Banjarmasin, Kapal Perang Produk Gemilang Anak Bangsa

Sabtu 28 Nov 2009, kita perlu berbangga menyaksikan peresmian kapal Kapal perang RI (KRI) Banjarmasin – 592 memperkuat armada tempur TNI angkatan laut Republik Indonesia. Kapal perang Landing Platform Dock 125 meter merupakan salah satu produk unggulan PT PAL Indonesia yang bekerja sama Dae Sun Shipbuilding-Korea Selatan. Keberhasilan ini sekaligus memberi optimisme bahwa peningkatan mutu yang bersinambung, industri nasional mampu berkontribusi dan memenuhi kebutuhan Alutsista TNI.
Kapal buatan PT PAL ini menjadi kapal Landing Platform Dock LPD ketiga yang masuk jajaran TNI AL. Dua kapal LPD pertama yakni KRI Makasar-590 dan KRI Surabaya-591 dibuat pabrik Korea Selatan, Daewoo International Corporation, dan diserahkan kepada TNI AL tahun silam. Sejatinya, kapal LPD ke-3 ini juga dipesan Indonesia dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan. Tetapi pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari DSS. Pembuatan LPD KRI Banjarmasin 592 ini merupakan transfer of technology kepada industri strategis nasional.
Dari sisi performannya kapal produksi Surabaya ini mengalami peningkatan kwalitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD sebelumnya yang di bangun di Korea Selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:
• Daya angkut helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah.
• Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots
• Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar musuh.
• Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.
• Kapal ini dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
• Dapat dipasangi senjata unit kaliber 100 mm dan dilengkapi ruang khusus untuk sistem kendali senjata (fire control system), yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan pertahanan diri.

KRI Banjarmasin 592 ini merupakan satu dari 4 kapal LPD yang dipesan dan dibeli dengan fasilitas pembiayaan kredit ekspor tahun 2003. Kapal LPD terakhir akan diserahkan pada Januari tahun depan. KRI 592 berfungsi sebagai pengangkut kapal pendarat pasukan, operasi amfibi, pengangkut tank, pengangkut personel, juga untuk operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana serta pengangkut helikopter.
KRI Banjarmasin-592 sendiri merupakan kapal LPD standar yang memiliki panjang 125 meter, lebar 22 meter, berat 7.300 ton. Kapal perang yang dapat melaju maksimal hingga 15,4 knot ini mampu mengangkut 344 (592?) personel, 13 unit tank, 2 unit Landing Craft Vehicles, 5 unit helikopter. Kapal ini juga dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.

Tulisan di atas saya copas dari situs http://nusantaranews.wordpress.com/2009/11/29/kri-banjarmasin-kapal-perang-produk-gemilang-anak-bangsa/. Hal terpenting yang ingin saya garis bawahi dari tulisan tersebut adalah, bahwa bangsa ini masih mampu melakukan hal-hal penting sebagai sebuah bangsa besar.

Berita tentang kapal perang itu, menunjukkan bahwa kita tidaklah berada di bawah Negara lain di dunia ini. Satu bukti lagi telah terwujud. Bukti-bukti kebesaran bangsa ini lainnya akan segera menyusul… semoga…….

Elang