SELAMAT DATANG... SUGENG RAWUH...HALO INDONESIA!
Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya

Thursday, October 23, 2008

LASKAR PELANGI, SEBUAH RENUNGAN….

Membaca buku Laskar Pelangi-nya Bung Andrea Hirata, isi kepala seakan mengembara ke dalam sebuah ruang besar yang penuh dengan emosi. Kejeniusan, kreatifitas, keberanian, kesedihan, keceriaan, dan cinta, menyatu dalam sebuah untaian indah penuh warna. Tangis dan tawa menyatu dalam sebuah drama kehidupan yang cukup menyentuh perasaan.

Kini, buku tersebut telah difilmkan. Antusiasme masyarakat yang ingin menonton sangat luar biasa. Produk anak bangsa yang begitu ditunggu-tunggu kehadirannya. Sebuah fenomena luar biasa di tengah berbagai keterpurukan negeri tercinta ini. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menyempatkan menonton film ini sebelum memimpin rapat kabinet pukul 11 malam untuk mengantisipasi gejolak ekonomi setelah perdagangan BEI harus di suspend akibat anjlok lebih dari 10%. Ada apa sih dengan laskar pelangi?

Tulisan Andrea Hirata sejujurnya memang sangat menghentak perasaan pembacanya, termasuk pada penulis. Lepas dari ceritanya yang kadang berlebihan atau hiperbola, tetapi kita bisa dibuat tertawa dan menangis atas suatu keadaan yang sebenarnya memang banyak terjadi di sekitar kita.

Ada sebuah cerita yang ingin penulis tuangkan di sini. Ketika keluarga besar kami sedang berkumpul untuk merayakan Idul Fitri 1429 H, datang tiga orang pengamen dengan peralatan sederhana. Mereka menyanyikan sebuah lagu dengan sangat indah, yang membuat kami begitu terpesona. Akhirnya kami memutuskan meminta mereka untuk menyanyikan beberapa lagu tambahan dan kemudian meminta nomor HP mereka kalau suatu saat kami ingin menggunakan mereka dalam acara keluarga besar kami. Inti dari cerita ini adalah, ternyata masih ada yang bisa bernyanyi dengan kualitas yang luar biasa di luar dapur rekaman. Bahkan mungkin mereka lebih baik dibandingkan beberapa penyanyi di televisi yang bisa masuk dapur rekaman hanya karena punya koneksi di dunia hiburan.

Para pengamen itu mungkin bisa diibaratkan sebagai Lintang, anak jenius anggota Laskar Pelangi, yang terpaksa gagal melanjutkan pendidikannya karena tidak punya biaya setelah ayah tercintanya meninggal dunia. Seandainya pengamen itu, Lintang, dan banyak anak lain di Indonesia yang berpotensi luar biasa, tidak terhenti hanya karena tidak memiliki biaya dan koneksi, mungkin karya-karya mereka akan membuat negeri ini bersinar dengan indah.

Penulis hanya bisa menuangkan isi hati dalam tulisan ini, dan berdoa, semoga suatu hari nanti, Jamrud Khatulistiwa akan bersinar lebih terang melalui karya anak-anak negeri seperti Lintang cs. Jika itu yang terjadi, maka semua akan bisa menari dan tertawa karena dunia memang (mendekati) seindah surga (mirip lagu Nidji ya…,hehe).

Hentakan di dada inilah yang membuat masyarakat berbondong-bondong melangkahkan kaki ke bioskop terdekat, untuk menyaksikan aksi anak-anak Belitung meraih mimpi. Maka teruslah melangkah meraih mimpi, wahai anak negeri! Berikan karya terbaikmu untuk negeri tercinta!

Wassalam,
Tofilo,

No comments: